Minggu, 28 Juli 2013

MengAgamakan Umat Beragama

Katanya negara kita negara beragama, tapi jangan lupa, dari jaman TVRI masih jadi stasiun televisi utama Indonesia menagkui keberadaan 5 agama, kemudian pada era pemerintahan Gusdur kita mengakui agama Konghuchu (maap klo salah nulis).
selayaknya negara yang tekenal dengan kebebasan beragama, masalah sensitif seharusnya bisa cepat dicegah tanpa brutalisasi. Ramai (lagi) membahas agama setelah SBY menerima penghargaan World Statesman Award dari Appeal Of Conscience Foundation di NewYork, AS, disusul protes beberapa pihak.
Saya gak ngerti lagi kenapa pembangunan tempat beribadah menjadi masalah. Ibadah adalah hak yang diatur dalam UUD dan Pancasila. Heran ni orang2 dulu gak baca buku PPKN apa sejarah kali ya???

Negara lain udah maju, lah kita begini2 aja gak ada yang berubah selain berita eyang subur (ampuuunn..)
Lebih mengganggu lagi ketika mereka berkoar-koar tentang agama dan men-judge sesama agamanya dengan kata2 yang tidak selayaknya. Tidak usahlah meng-agamakan orang yang sudah beragama (koyo koe ki nabi ae, cah,..).

Memang mengingatkan orang lain itu perlu, tapi kalo jabatan anda bukan hakim ya jangan menghakimi kepercayaan orang lain, realistis aja lah.....Sepertinya presiden perlu memperhatikan biang2 keributan seperti ini (sampai jatuh korban jiwa) dan memberi mereka pekerjaan. Menganggur membuat sebagian orang berfikir menjadi tidak sehat dan menimbulkan niat kejahatan (lah gw juga masih nganggur, gak ribet2 amat).

Menjadi atheis pun tidak masalah menurut saya, gak ada atauran duniawinya kalau itu dosa, hanya sanksi sosial yang mengucilkan. Sampai sekarang saya tidak paham dengan aksi kekerasan di balik agama (mbuh agama mu opo). semoga kebebasan beragama tidak menjadi wacana manis...yuk mareee...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar